Glodok - Kota
stasiun kota
yang datang biarlah datang
yang kan pergi: jangan sisakan sesal di hati..
di museum bank mandiri
setiap kotak kaca ingin bercerita
dan bingkaibingkai di dinding
tak mau henti bersaksi
betapa absolutnya hari
pedestrian [1]
tokotoko bercat muram
teralis karatan
pelukis jalan menggambar rupa manusia
yang lupa sejarahnya
pedestrian [2]
kakilima o kakilima
kapan kau henti mencipta dilema?
glodok [1]
krumunan, kramaian
tibatiba rindu seseorang
seandainya dia serta
glodok [2]
barongsai dan jiwajiwa merdeka
tari naga dan hatihati kembara
genderang bertalu membahana
lorong pecinan glodok
wewangi nan anyir
hitam pekat saluran air
dan glodok sempurna menjelma paradoks
jin de juan [1]
hio dan dupa
doa dan harapan
dewa dan malaikat
dimana Tuhan?
jin de juan [2]
tangan tengadah berjajar
wajahwajah kusam menunggu uluran
kemiskinan: asap hitam api keserakahan
duduk di bangku santa maria de fatima [1]
kakikaki melangkah pergi
bangkubangku terngungun
kerdip nyala lilin
dan Seorang yang sendiri terpancang
di dinding
duduk di bangku santa maria de fatima [2]
ada sosok dimuliakan
diabadikan dalam kidungkidung
ada sosok tersepikan
mematung di ujung
menyusuri perniagaan
rumah toko dan jalan gersang
berkisah tentang uang yang pergi dan datang
pasar pagi
mungkin kami terlalu siang
pasar telah sepi: kemana mbak berkerudung ungu tadi?
jembatan angke
angin kecilkecil
pekat muka air
bawah pohon sebelah jembatan: andai kubisa bicara dengan gadis cantik baju hitam
kota lama [1]
lampulampu tua
gedunggedung renta
seperti kita yang fana
kota lama [2]
menikmati sepi pedestrian
bertanyatanya: sedang apa kau di sana?
kota lama [3]
kucuri potonganmu lewat indera
tapi tak sungguh mau kusimpan
telah penuh di sana dengan sebuah nama
kota lama [4]
ada kemarin
datang sekarang
ada yang lalu
lahir yang baru
adakah itu dia?
museum jakarta
saturasi perjalanan
kaki lunglai dilangkahkan
biarkan ku rehat: dari panas kota ini, dan
pikiran tentangmu
titik akhir: museum bank mandiri
catatan hari ini biarlah kubawa pulang
sertalah denganku, kali lain?
yang datang biarlah datang
yang kan pergi: jangan sisakan sesal di hati..
di museum bank mandiri
setiap kotak kaca ingin bercerita
dan bingkaibingkai di dinding
tak mau henti bersaksi
betapa absolutnya hari
pedestrian [1]
tokotoko bercat muram
teralis karatan
pelukis jalan menggambar rupa manusia
yang lupa sejarahnya
pedestrian [2]
kakilima o kakilima
kapan kau henti mencipta dilema?
glodok [1]
krumunan, kramaian
tibatiba rindu seseorang
seandainya dia serta
glodok [2]
barongsai dan jiwajiwa merdeka
tari naga dan hatihati kembara
genderang bertalu membahana
lorong pecinan glodok
wewangi nan anyir
hitam pekat saluran air
dan glodok sempurna menjelma paradoks
jin de juan [1]
hio dan dupa
doa dan harapan
dewa dan malaikat
dimana Tuhan?
jin de juan [2]
tangan tengadah berjajar
wajahwajah kusam menunggu uluran
kemiskinan: asap hitam api keserakahan
duduk di bangku santa maria de fatima [1]
kakikaki melangkah pergi
bangkubangku terngungun
kerdip nyala lilin
dan Seorang yang sendiri terpancang
di dinding
duduk di bangku santa maria de fatima [2]
ada sosok dimuliakan
diabadikan dalam kidungkidung
ada sosok tersepikan
mematung di ujung
menyusuri perniagaan
rumah toko dan jalan gersang
berkisah tentang uang yang pergi dan datang
pasar pagi
mungkin kami terlalu siang
pasar telah sepi: kemana mbak berkerudung ungu tadi?
jembatan angke
angin kecilkecil
pekat muka air
bawah pohon sebelah jembatan: andai kubisa bicara dengan gadis cantik baju hitam
kota lama [1]
lampulampu tua
gedunggedung renta
seperti kita yang fana
kota lama [2]
menikmati sepi pedestrian
bertanyatanya: sedang apa kau di sana?
kota lama [3]
kucuri potonganmu lewat indera
tapi tak sungguh mau kusimpan
telah penuh di sana dengan sebuah nama
kota lama [4]
ada kemarin
datang sekarang
ada yang lalu
lahir yang baru
adakah itu dia?
museum jakarta
saturasi perjalanan
kaki lunglai dilangkahkan
biarkan ku rehat: dari panas kota ini, dan
pikiran tentangmu
titik akhir: museum bank mandiri
catatan hari ini biarlah kubawa pulang
sertalah denganku, kali lain?